Pada awal tahun 1968 pemerintah RI dengan bantuan dana dari UNESCO telah melakukan serangkaian penelitian yang dilakukan LHS Emerson dengan judul Education in Indonesia : "Diagnosis of the Present Situation with identification of priorities development" menghasilkan kesimpulan bahwa program radio dan televisi pendidikan merupakan bagian integral dari pengembangan materi dan kurikulum pendidikan sehingga perlu diberikan prioritas dalam pengembangan pendidikan. Berdasarkan pada laporan penelitian tersebut, lembaga media pendidikan BPP (Badan Pengembangan Pendidikan) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan seminar tentang "Educational Broadcasting" pada tanggal 27 Desember 1971 s.d 15 Januari 1972 dan menghasilkan sebuah rekomendasi bahwa perlu diadakan eksperimen Siaran Radio Pendidikan.
Sebagai wujud tindakan lanjut rekomendasi seminar tersebut, maka mulai tahun 1972-1974 BPP bersama UNESCO menyelenggarakan Proyek Perintis Siaran Radio Pendidikan di daerah Jawa Tengah D I Yogyakarta. Evaluasi proyek dilakukan oleh IKIP Semarang pada tahun 1974 dan didapatkan hasil yang menggembirakan serta dipandang perlu untuk lebih dikembangkan, sehingga BPP mengajukan usulan secara resmi kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk membentuk unit TKPK (Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyetujui usulan tersebut.
Maka pada tanggal 31 Juli 1976 diterbitkan Surat Keputusan Nomor 0200/P/1976 tentang Pembentukan Tim Penyelenggara TKPK yang terdiri dari SPTN (Satuan Tugas Pelaksana TKPK Nasional) di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya serta SPTD (Satuan Tugas Pelaksana TKPK Daerah) di 11 Propinsi dan perintis TK-PLS (Teknologi Komunikasi Pendidikan Luar Sekolah) di 9 Kabupaten pada 3 Propinsi. Pengelolaan SPTN di Surabaya saat itu dipercayakan sepenuhnya kepada civitas akademika ITS Surabaya, karena ITS Surabaya dipandang berhasil mengembangkan teknologi televisi dengan mengudaranya TV lokal yang disebut TV ITS, meskipun itu tidak bertahan lama dan tidak boleh mengudara setelah munculnya TVRI Surabaya. SPTN Surabaya saat itu menempati gedung di Jalan Simpang Dukuh no. 11 Surabaya.
Pada tahun 1978, pemerintah mulai melakukan penataan Eselon Lembaga/instansi Pemerintah dengan diterbitkannya keputusan Presiden No. 27 tahun 1978 yang menyatakan bahwa Tim TKPK dengan SPTN dan SPTD-nya serta Perintis TK-PLS ditetapkan menjadi Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayan di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Seiring dengan diterbitkannya Keppres tersebut, maka pada tanggal 30 Juni 1979 ditindak lanjuti oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan menerbitkan Surat Keputusan Nomor 0145/O/1979 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden RI Nomor 27 dan 40 di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan disempurnakan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 11 September 1980 Nomor 0222g/O/1980 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pusat-pusat di Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang salah satu isinya adalah dikukuhkannya SPTN Jakarta menjadi Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan, sedangkan SPTN Semarang dan Yogyakarta menjadi Balai Produksi Media Radio (BPMR), serta SPTN Surabaya berubah menjadi Balai Produksi Media Televisi (BPM-TV). Perubahan kelembagaan ini juga diiringi dengan perubahannya SPTD di 11 Propinsi dan Perintis TK-PLS di 3 propinsi menjadi Sanggar Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Sanggar Tekkom) di 14 propinsi. Perubahan ini terus berlanjut hingga pada tahun 1999 ada 20 Sanggar Tekkom di Indonesia.
Berdasarkan pada keputusan Mendikbud Nomor 0222g/O/1980 tersebut yang dilengkapi dengan Keputusan Mendikbud Nomor 0198/0/1982 tanggal 31 Mei 1982 tentang uraian tugas masing-masing unit organisasi Pustekkom Dikbud baik di pusat maupun di daerah, maka Balai Produksi Media Televisi Surabaya (BPM-TV Surabaya) mulai menjalankan tugasnya yaitu melaksanakan produksi program pendidikan melalu media televisi untuk pendidikan dan kebudayaan; dan memiliki fungsi untuk melakukan penyusuan dan pengolahan naskah, melakukan produksi naskah serta menyediakan seluruh kelengkapan dan bahan untuk keperluan produksi media televisi untuk pendidikan dan kebudayaan.
Awal tahun berdirinya (1980-an) BPM-TV Surabaya selain membantu produksi program ACI (Aku Cinta Indonesia) yang merupakan proyek Pustekkom, juga manggarap program unggulan yaitu program video pendidikan tentang lingkungan Hidup sebanyak + 40 Episode dan Kuis Keluarga yang ditayangkan oleh TVRI Surabaya. Untuk menambah khazanah keilmuan di bidang Teknologi Pertelvisian untuk Pendidikan, BPM-TV Surabaya juga menjalin kerjasama dengan TVRI dan DKS (Dewan Kesenian Surabaya) dengan menyelenggarakan Diklat Produksi Program Televisi serta membentuk Ikatan Film Fokus. Tetapi karena keterbatasan sesuatu hal ikatan Film Fokus tersebut tidak dapat berkembang dan akhirnya buabar.
Pada tahun 1990-an, BPM-TV Surabaya sudah mulai banyak menyiapkan Program Siaran Televisi Pendidikan Sekolah (STVPS) untuk jenjang SD, SLTP, dan SMU yang ditayangkan pada Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Selain Pembelajaran untuk jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); Program Darma untuk Prasekolah; Program ungkapan Budaya dan D2SP serta beberapa liputan kunjungan pejabat negara dan event nasional.
Selang 14 tahun berdirinya BPM-TV Surabaya tepatnya pada tahun 1995, Base Camp Kreativitas Produksi Media TV untuk Pendidikan dan Kebudayaan berpindah lokasi di Jalan Patua ( sekarang Tentara Genie Pelajar / TGP ) 26 Surabaya sampai sekarang. Lokasi ini menempati aset Kanwil Depdikbud Prop. Jawa Timur dahulu berada pada satu kompleks dengan STM Negeri 1 Surabaya ( sekarang SMK Negeri 2 Surabaya ). Setahun setelah berpindahnya ke lokasi yang baru (1995), BPM-TV Surabaya memproduksi program vidoe pembelajaran kurikulum muatan lokal B=bahasa Jawa dalam format VHS dan Betamax. Dalam pemanfaatannnya, BPM-TV Surabaya bekerja sama dengan Kanwil Depdikbud Prop. Jawa TImur.
Dengan perubahanya nama dan struktur organisai Pustekkom dikbud berubah menjadi Pusat teknologi Informasi dan komunikasi pendidikan, maka di ikuti pula berubah nya nama ketiga unit pelaksana teknis yang ada dibawahnya termasuk BPM-TV Surabaya. seiring dengan hal tersebut, sehingga tepatnya pada bulan juli 2003 menteri pendidikan nasional menerbitkan surat keputusan nomor 104/O/2003 tentang perubahan tugas dan fungsi BPM-TV Surabaya dari balai produksi media televisi menjadi balai pengembangan, BPM-TV Surabaya memikul tugas dan fungsi untuk melakukan pengkajian, perancangan, pembuatan,pengelolaan dan pemberian layanan teknis pengembangan model dan format sajian media televisi, dan melaksanakan melakukan ketatausahaan lembaga.
Diawal tahun perubahan tugas dan fungsinya (tahun 2004), BPM-TV Surabaya masih masih mengerjakan pengembangan model dan format untuk jenjang SLTP melalui DIP ( daftar isian proyek) pustekkom. pada tahun 2005, berdasarkan pada renstra (perancanaan stratejik ), BPM-TV Surabaya melakukan pengembangan model dan format sajian media televisi pendidikan untuk jalur prasekolah. Menginjak tahun 2006, selain memperoduksi 12 episode serial "ganes" untuk jalur prasekolah yang merupakan rekomendasi hasil pengembangan pada tahun 2005, BPM-TV Surabaya juga mengembangkan model dan format sajian media TV/video pembelajaran untuk jalur SLB (sekolah luar biasa) dan pendidikan luar sekolah (program keaksaraan). Untuk tahun 2007, prioritas rensta BPM-TV Surabaya lebih ditujukan untuk jenjang pendidikan dasar. Selain itu,juga akan berusaha untuk mengkaji penerapan prototipa program pada kegiatan belajar mengajar yang sesungguhnya dengan cara menetapkan beberapa sekolah (lembaga pendidikan) menjadi sekolah binaan serta mendukung penyiapan bahan siaran untuk televisi edukasi (TVE).
Sudah 26 tahun BPM-TV Surabaya melalang buana dalam mengembangkan media televisi/video pendidikan dan sudah banyak pula program media televisi/video pendidikan yang telah dihasilkan, usaha untuk mengembangkan serta mencari celah perbaikan dalam dunia pendidikan yang terkait dengan media pendidikan khususnya televisi/video terus diupayakan tiada henti meskipun base camp yang amat sederhana.
Secerca harapan yang dimiliki BPM-TV Surabaya dengan 45 personil nya adalah semoga lahan seluas 6.000 m2 yang terletak dikawasan kota sidoarjo dapat segera didirikan sebuah bangunan yang megah untuk lebih menambah semangat tim pengembang media dalam melahirkan karya karya selanjutnya yang lebih kreatif dan inovatif sebagai buah atas benih yang telah disemai oleh para pendahulu. (woko)
Periode Kepemimpinan BPM-TV Surabaya
|